Selamat Datang di Blogger "SASTRALISAN" Semoga Bermanfaat

Rabu, 30 Mei 2012

PSOKOLOGI

KAJIAN PUSTAKA
DEFINISI PSIKOLOGI

Plato dan Aristoteles (427-347 SM) menyatakan bahwa psikologi merupakan studi mengenai ruh.
William James (1842-1910) mengemukakan bahwa psikologi merupakan ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental.
JB Watson (1878-1958) menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku organisme.
Crow dan Crow menyatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya (manusia, hewan, iklim, kebudayaan dan sebagainya.
Dari keempat penadapat diatas tersebut dapat dianalisis sebagai berikut.
     Pendapat pertama merupakan definisi yang paling kuno dan klasik (bersejarah) yang berhubungan dengan filsafat. Plato dan Aris Toteles merupakan tokoh filsafat yang beraliran klasik. Jika kita cermati lebih dalam mengenai  pendapat mereka tersebut, psikologi memiliki hubungan erat dengan kesadaran manusia. Mereka beranggapan bahwa kesadaran manusia berhubungan dengan ruh yang dimilikinya. Menurut pendapat mereka, studi mengenai kesadaran dan proses mental manusia pun merupakan bagian dari studi mengenai ruh.
Pendapat kedua sedikit meyelisihi pendapat pertama. Ketika psikologi keluar dari filsafat sebagai ilmu induk, William James mengemukankan psikologi merupakan studi kajian yang mandiri.  Karena itu psikologi dipisahkan dari filsafat yang dianggapnya kuno. Filsafat tidak berhubungan dengan ruh. Ruh merupakan hal berkaitan dengan spiritual sedangkan psikologi berkenaan dengan tingkah laku manusia sebagai mahluk yang berkarakter.
Pada pendapat ketiga seperti yang dikemukakan Watson sebagai tokoh yang radikal tidak puas dari pendapat pertama dan kedua. JB Watson kemudian mengkaji psikologi lebih mendalam. Menurut Watson manusia merupakan mahluk yang memiliki tingkah laku (behavior) sehingga Watson menafikan (menganggap tidak ada) esksistensi ruh dan kehidupan mental. Eksistensi ruh dan mental tidak dapat dibuktikan kecuali dalam hayalan belaka.
Untuk menengahi ketiga pendapat diatas maka muncul pendapat lain yang lebih kongkrit dan luas yakni pendapat pakar Crow dan Crow yang menyatakan bahwa tingkah laku manusia dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungannya sebagai mahluk sosial. Karena itu pendapat Crow dan Crow tentang psikologi sesuai dengan kenyataan selama ini. Psikologi umumnya menekankan penyelidikan terhadap tingkah laku manusia yang bersifat jasmaniah (aspek psikomotor) dan bersifat rohaniah (aspek kognitif dan afektif). Menurut pendapat mereka tingkah laku psikomotor bersifat terbuka sedangkan tingkah laku kognitif dan afektif bersifat tertutup.
Jika dicermati antara pendapat JB Watson dengan Crow & Crow memiliki kesamaan. Hai ini terlihat pada definisi psikologi dari pendapat kedua pakar tersebut bahwa stiap organism baik manusia maupun hewan atau binatang memiliki sifat dan karakter yang berubah-ubah. Perubahan tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh gejala dalam diri organisme tersebut maupun di luar dari organism seperti lingkungan.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusi baik yang tampak maupun tidak tampak.    























    TUGAS BAHASA PENALARAN

KAJIAN PUSTAKA





LA HAMADI
A2D1 09 120


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO



KENDARI
2011






PENGANTAR JURNALISTIK


A.    Definisi Wartawan

Wartawan adalah orang yang hidup dan berkerja sebagai anggota redaksi surat kabar baik sebagai redaksi yang bertanggung jawab terhadap isi berita maupun korespionden yang mencari dan menyusun berita

B.    Jenis-jenis wartawan

1.    Wartawan yang tidak menerima amplop, yakni wartawan yang mengutamakan keprofesionalan dalam menjalankan tugasnya sebagai wartawan.
2.    Wartawan yang menerima amplop, yakni menerima uang diluar gaji sebagai wartawan terutama dalam pencarian berita yang sering meminta imabalan.
3.    Wartawan yang memperalat pers untuk mendapatkan uang

C.    Syarat-syarat wartawan

1.    Tahu yang menarik
2.    Selalu ingin tahu, dalam mecari berita selalu mangunakan  5 W + 1 H
3.    Mampu observasi

D.    Jenis –jenis observasi

1.    Observasi partisipankan, yakni wartawan terlibat langsuang dalam peliputan berita
2.    Observasi nonpartisipankan, yakni wartawan tidak terlibat langsung namun mengambil berita melalui saksi yang akurat
3.    Observasi diam-diam, yakni wartawan yang mencari berita dengan menyamarkan diri dan menyusup diam-diam terhadap obyek peliputan

E.    Sumber berita
1.    Observasi langsung dan tidak langsung dari situasi berita.
2.    Proses wawancara.
3.    Pencarian atau penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik.
4.    Partisipasi dalam peristiwa.

F.    System Beat

a.    Keuntungannya :
1.    Sumber yakni pengembangan sumber menjadi keuntungan utama karena hubungan yang dekat dengan sumber berita membuat wartawan mudah mendapatkan berita dengan akses langsung
2.    Kontinuitas, yakni wartwan yang selalu bersama sumber berita menjadikan berita yang diliputnya berkesimambungan dan pengembangan beritanya menjadi akurat, lengkap dan bebas dari kekeliruan.
3.    Pengamatan, yakni peliputan yang rutin terhadap suatu berita akan membantu wartawan mengenal lingkungan atau kondisi sehingga menghasilkan berita yang berkualitas

b.    Kekurangannya :
1.    Perkoncoan
2.    Prasangka
3.    Lamur
4.    Ego
5.    Sempit
6.    Melemah

G.    Menulis berita

Ada lima syarat menulis berita, yaitu:
1.    Kejujuran: apa yang dimuat dalam berita harus merupakan fakta yang benar-benar terjadi. Wartawan tidak boleh memasukkan fiksi ke dalam berita.
2.    Kecermatan: berita harus benar-benar seperti kenyataannya dan ditulis dengan tepat. Seluruh pernyataan tentang fakta maupun opini harus disebutkan sumbernya.
3.    Keseimbangan:
Agar berita seimbang harus diperhatikan:
1.    tampilkan fakta dari masalah pokok
2.    jangan memuat informasi yang tidak relevan
3.    jangan menyesatkan atau menipu khalayak
4.    jangan memasukkan emosi atau pendapat ke dalam berita tetapi ditulis seakan-akan sebagai fakta
5.    tampilkan semua sudut pandang yang relevan dari masalah yang diberitakan
6.    jangan gunakan pendapat editorial
4.    Kelengkapan dan kejelasan:
Berita yang lengkap adalah berita yang memuat jawaban atas pertanyaan who, what, why, when, where, dan how.
5.    Keringkasan:
Tulisan harus ringkas namun tetap jelas yaitu memuat semua informasi penting.
H.    Nilai Berita
Sebuah berita jika disajikan haruslah memuat nilai berita di dalamnya. Nilai berita itu mencakup beberapa hal, seperti berikut.
1.    Objektif: berdasarkan fakta, tidak memihak.
2.    Aktual: terbaru, belum "basi".
3.    Luar biasa: besar, aneh, janggal, tidak umum.
4.    Penting: pengaruh atau dampaknya bagi orang banyak; menyangkut orang   penting/terkenal.
5.    Jarak: familiaritas, kedekatan (geografis, kultural, psikologis).
I.    Unsure-unsur berita
Berita yang baik umumnya harus memenuhi unsur: 5 W + 1 H
Yakni: (Who, What, Where, When, Why) + How
Atau : (Siapa, Apa, Dimana, Kapan, Mengapa) + Bagaimana
Kriteria Khusus:
1.    kebijakan redaksional/misi media. Masing-masing media memiliki kebijakan redaksional dan misi yang berbeda.
2.    Pendekatan keamanan (ancaman pembredelan, dan sebagainya). Berita yang mengkritik keras korupsi dan kolusi antara penguasa dan pengusaha bisa berujung pada pembredelan atau teguran terhadap media yang bersangkutan. Atau bisa memakan korban wartawan media itu sendiri, seperti kasus yang menyebabkan terbunuhnya wartwan Bernas, Fuad Muhammad Syafruddin.
3.    kepekaan masyarakat pembaca dan kemungkinan dampak negatif berita terhadap pembaca. Misalnya untuk isu-isu yang menyangkut SARA (suku, Agama, Ras, dan antar golongan). Atau bisa menyinggung perasaan atau martabat pembaca.

J.    Proses penulisan berita
1.    Penugasaan, apa yang layak diliput
2.    Pengumpulan, pastikan data yang cukup
3.    Evaluasi, terutama hal-hal yang penting
4.    Penulisan, penentuan pilihan kata/diksi
5.    Penyuntingan/ editor

K.     Macam Berita:
Dari segi sifatnya, kita kenal dua macam: Hard News dan Soft News.
Hard News/Straight News:  berita yang lugas, singkat, langsung kepokok persoalan dan fakta-faktanya. Biasanyaharus memenuhi unsur 5W+1H secara ketat dan harus cepat-cepat dimuat, karena terlamba sedikit bisa basi. Istilah Hard News lebih mengacu pada isi berita, sedangkan istilah Straight News lebih mengacu pada cara penulisannya (struktur penulisanya).
Soft News: beritayang dari segi struktur penulisannya relatif lebih luwes, dan dari segi isi tidak terlalu berat. Soft news umumnyatidak terlalu lugas, tidak kaku, atau ketat khususnya dalam soal waktunya. Misalnya tulisan untuk menggambarkan kesulitan yang dihadapi rakyat kecil akibat krisis ekonomi. Selama krisis ekonomi masih berlanjut, berita itu bisa diturunkan kapan saja. Biasanya lebih banyak mengangkat aspek kemanusiaan (human interest).
Dari segi bentuknya, soft news masih bisa kita perinci lagi menjadi dua: News Features dan Feature.
Feature adalah teknik penulisan yang khas berbentuk luwes, tahan lama, menarik, strukturnya tidak kaku, dan biasanya megangkat aspek kemanusiaan. Pada hakekatnya penulisan feature adalah seorang yang berkisah. Ia melukis gambar dengan kata-kata, ia menghidupkan imajinasi pembaca, ia menarik pembaca kedalam cerita dengan mengidentififkasikan diri dengan tokoh utama. Panjang tulisan feature bervariasi dan boleh ditulis seberapa panjang pun, sejauh masih menarik.
Sedangkan News Feature adalah Feature yang mengandung unsur berita. Misalnya tulisan yang menggambarkan peristiwa penangkapan Tommy Suharto oleh polisi, yang diawali dengan penyadapan telepon dengan bantuan Roy Suryo seorang pakar Multimedia dan Komunikasi, pembongkaran ruang bawah tanah, sampai proses tertangkapnya disajikan secara seru, menarik, dan dramatis. Seperti menonton film saja.
L.    Struktur penulisan berita

Ada tiga bentuk susunan berita yaitu:
o    paling penting di bagian depan/awal dan seterusnya ke hal yang kurang penting, dan ini  adalah bentuk yang paling banyak digunakan;
o    bentuk paralel yakni bentuk penulisan berita di mana bagian awal, tengah, dan akhir memiliki bobot yang sama;
o    bentuk kronologis yakni bentuk penulisan berita yang memaparkan informasi secara berurutan menurut proses waktu atau proses peristiwanya .

M.    Cara penulisan teks berita

Penulisan berita harus memenuhi syarat yaitu :
(1) berita yang ditulis harus berisi fakta nyata,
(2) obyektif, berita yang ditulis harus sesuai dengan keadaan sebenarnya,
(3) berimbang, yakni berlandaskan pada kebenaran ilmu atau kebenaran
            berita itu sendiri tanpa mengabdi pada sumber berita,
(4)     akurat ,tepat dan jelas sasarannya,
(5)     berita yang ditulis hendaknya lengkap/komplit.
N.  17 ciri utama bahasa berita yang berlaku untuk semua bentuk media berkala tersebut. yakni :
sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal, menghindari kata tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan kata. (diksi) yang tepat, mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari pengunaan kata atau istilah-istilah teknis, dan tunduk kepada kaidah etika
O.   Tips menulis berita yang baik untuk koran
1.  Menulis dengan jujur. Fakta tidak boleh dipelintir. Opini dan penafsiran harus ditulis dalam alinea yang berbeda. Boleh tidak netral, tapi harus independen.
2. Tanda baca koma
3>    catat dengan detail. Dengarkan dengan cermat. Rekam, jangan andalkan ingatan.
4: Tulis dalam kalimat yang jelas, lengkap, dan jernih.
5: Fokus pada topik berita. Jangan melebar ke sana-sini.
6: Tulis dengan proporsional, jangan berlebihan.
7: Periksa kalimat kutipan, pernyataan off the record, konfirmasi, dan “ucapan di kedai kopi”.
8: Yang terakhir, dan ini sangat mendasar: Patuhilah kode etik jurnalistik yang melarang wartawan melakukan plagiat atau menjiplak.

PENGERTIAN WACANA

DEFINISI WACANA MENURUT PARA AHLI

1. Harimurti Kridalaksana
Harimurti Kidalaksana mengungkapkan wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar dalam hierarki gramatikal. Namun, dalam realisasinya wacana dapat berupa karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat, frase, bahkan kata yang membawa amanat lengkap.

Kata kunci :
1.    Satuan bahasa terlengkap.
2.    Satuan gramatikal tertingg.i
3.    Karangan, paragraph, kalimat, frasa, dan kata.
4.    Amanat yang lengkap

Kesimpulan: secara teori wacana merupakan satuan bahasa terlengkap dan satuan gramatikal tertinggi, sedangkan realisasinya wacana dapat berupa karangan, paragraph, kalimat, frasa, dan kata yang disertai dengan amanat yang lengkap.

2.      Crystal
Menurut Crystal, dalam bidang linguistik, wacana berarti rangkaian sinambung kalimat yang lebih luas daripada kalimat, sedangkan dari sudut psikolinguistik, wacana merupakan suatu proses dinamis pengungkapan dan pemahaman yang mengatur orang dalam interaksi kebahasaan.

Kata kunci:
1.    Rangkaian kalimat yang luas (bidang linguistik).
2.    Pengungkapan dan pemahaman yang dinamis.
3.    Pedoman dan petunjuk manusia dalam berinteraksi kebahasaan.

Kesimpulan : dalam bindang linguistic wacana merupakan rentetan kalimat yang utuh yang lebih luas dari kalimat. Sedangkan pemakaian bahasa, wacana merupakan proses yang dinamis dalam komunikasi sekaligus pendoman manusia dalam interaksi berbahasa.

3.   Kinneavy
Kinneavy mengungkapkan bahwa wacana adalah teks yang lengkap yang disampaikan baik cara lisan maupun tulisan yang tersusun oleh kalimat yang berkaitan.

Kata kunci:
1.    Teks yang lengkap.
2.    Disampaikan secara lisan dan tulisan.
3.    Susunan kalimat yang saling berkaitan.

Kesimpulan: wacana merupakan teks yang lengkap disampaikan secara lisan maupun tulisan dalam susunan kalimat yang saling berkaitan.

4.   Wahab
Wahab mendefinisikan wacana sebagai organisasi bahasa yang lebih luas dari kalimat atau klausa.

Kata kunci:
1.    Organisasi bahasa yang luas.
2.    Kalimat.
3.    Klausa.

Kesimpulan: wacana merupakan kumpulan bahasa yang cakupannya lebih luas daripada kalimat maupun klausa.

5.      Edmonson
Edmonson mengungkapkan bahwa wacana adalah suatu periatiwa terstruktur yang diwujudkan di dalam perilaku linguistik atau yang lainnya.

Kata kunci:
1.    Rangkaian peristiwa yang terstruktur.
2.    Perilaku linguistic.

Kesimpulan: wacana merupakan peristiwa bahasa yang memiliki struktur yang diwujudkan dalam perilaku bahasa.

6.      Longacre
Longacre mengemukakan bahwa wacana merupakan suatu rentetan kalimat yang membentuk suatu pengertian yang serasi, baik dalam pengertian maupun dalam manifestasi fonetisnya.

Kata kunci:
1.    Rentetan kalimat.
2.    Pengertian yang serasi.

Kesimpulan: wacana adalah rangkaian kalimat yang memiliki makna yang serasi baik makna maupun mansifestasi finetiknya.

7.   Van Dijk
Van Dijk memandang bahwa wacana merupakan konstruksi teoretis yang abstrak, yang kemudian terlaksana melalui teks.

Kata kunci:
1.    Kontruksi teoritis.
2.    Abstrak.
3.    Teks.

Kesimpulan: wacana merupakan rangkaian teroritis yang bersifat abstrak lalu diwujudkan dalam bentuk tulisan.

8.      Bambang  Hartono
Bambang Hartono mendefinisikan wacana sebagai berikut, wacana adalah satuan kebahasaan yang unsurnya terlengkap, tersusun oleh kata, frase, kalimat atau kalimat-kalimat, baik lisan maupun tulis yang membentuk suatu pengertian serasi dan terpadu, baik dalam pengertian maupun dalam manifestasi fonetisnya.

Kata kunci:
1.    Satuan bahasa.
2.    Unsur terlengkap.
3.    Tersusun oleh kata, frasa, dan kalimat.
4.    Lisan dan tulisan.
Kesimpulan: wacana merupakan unsure bahasa yang terdiri atas kata, frasa dan kalimat tersusun serasi dalam bentuk lisan ataupun tulisan yang membentuk satu pengertian yang padu.






TUGAS WACANA BAHASA INDONESIA

DEFINISI WACANA MENURUT PARA AHLI




OLEH

LA HAMADI
A1D3 09 120

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI
2012


PERGAULAN BEBAS



BAB  I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dewasa ini masyarakat cendrung menginginkan kesenangan duniawi saja, tanpa memperhatikan dampak negatif yang ditimbulkan akibat perbuatannya tersebut. Terutama anak remaja sekarang. Mereka banyak menghabiskan waktu untuk bersenang-senang tanpa ada batas. Ini akibat adanya pergaulan bebas yang terjadi pada sekarang.
Anak remaja sekarang banyak menyalah artikan arti pergaulan bebas yang sebenarnya. Mereka hanya tahu kalau kita bebas melakukan perbuatan apapun itulah yang ada dibenak mereka semua. Salah satu contoh yang selalu dilakukan anak remaja sekarang adalah seks bebas.
Biasanya para remaja melakukan perbuatan-perbuatan memalukan itu karena rasa ingin tahunya dan ingin mencoba sesuatu. Seperti halnya seks bebas, mereka melihat adegan-adegan yang melanggar agama akhirnya nafsu mereka bergerak dan ingin mencobanya. Merekapun melakukan hal itu dengan pasangannya tapi bukan istrinya melainkan bersama dengan pacar mereka.
Untuk itu kami mencoba mengangkat judul bahaya pergaulan bebas, agar para pembaca terkhusus untuk para remaja sekarang untuk menghindari pergaulan bebas dan tahu dampak pergaulan bebas.


1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah tentang apa pengertian dan dampak dari pergaulan bebas.
1.3  Tujuan.
Berdasarkan rumusan diatas maka tujuan makalah ini dibuat antara lain :
1.    Mengetahui arti pergaulan bebas
2.    Mengetahui dampak pergaulan bebas
3.    Mengetahui cara penanggulangan pergaulan bebas.
1.4  Manfaat
Adapun manfaat makalah ini dibuat agar para pembaca mengetahui arti, jenis-jenis, dan dampak pergaulan bebas, serta  mereka tahu betapa bahanya pergaulan bebas itu.









BAB      II
PEMBAHASAN

2.1  Arti Pergaulan Bebas
Arti pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariaanya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan.
Arti lain pergaulan bebas adalah salah satu bentuk prilaku menyimpang yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas norma-norma. Jadi dapat disimpulkan dari pengertian diatas pergaulan bebas adalah prilaku manusia yang menyimpang yang melanggar norma-norma agama dan tidak ada batasannya.
2.2  Jenis-Jenis Pergaulan Bebas
Pada umunya manusia melihat dan ingin merasakan apa yang telah dilihat serta ada yang tidak mau ketinggalan. Biasanya mereka menceritakan pengalaman mereka dalam melakukan sesuatu yang menyimpang. Kemudian orang mendengarkan itu tidak mau ketinggalan karena pendapatnya dia akan dikatakan laki-laki pecundang karena belum merasakan atau berbuat hal itu maka timbullah dibenak mereka untuk melakukan prilaku yang menyimpang.
Salah satu contoh yang sekarang menjadi bahan perbincangan adalah adanya seks bebas. Anak remaja sekarang mulai dari SMP sampai mahasiswa mereka sudah kenal dan hampir sebagian dari mereka bahkan sudah melakukannya. Awalnya adalah akibat dari kelalaian dari orang tuanya yang tidak memperhatikan dengan siapa dia berteman, kemudian adanya hp yang salah digunakan. Dengan adanya alat eletronik yang kemudian disalahartikan dengan melihat film-film yang tidak bermanfaat seperti film-film  porno atau vidio-vidio porno. Akhirnya mereka pun ingin mencoba melakukan hal yang sama seperti dipraktikan dalam vidio tersebut.
Biasanya ini terjadi karena adanya juga pacaran yang tidak ada batasannya. Anak remaja sekarang gaya pacarannya sangat memprinhatinkan. Itu disebabkan karena mereka berpacaran layaknya mereka sudah suami istri, tidak mempunyai batas. Padahal mereka belum tentu menjadi suami istri. Tapi mereka senang dan bannga dengan perbuatannya, buktinya mereka malah menyuruh temannya untuk diabadikan dalam video rekaman.
Contoh yang lain dari pergaulan bebas yakni remaja sekarang sering minum-minuman keras dan minum narkoba. Pada awalnya mereka hanya ingin mencoba minum hingga akhirnya keterusan begitu juga dengan narkoba. Banyak yang bilang pikiran kita melayang jika kita memakan narkoba dan kita bisa berkreasi dengan mudah hingga akhirnya anak remaja mencobanya dan akhirnya kecanduan.
2.3    Penyebab Dan Dampak Dari Pergaulan Bebas
2.3.1 Penyebab Pergaulan Bebas
Ada banyak sebab remaja melakukan pergaulan bebas. Penyebab tiap remaja mungkin berbeda tetapi semuanya berakar dari penyebab utama yaitu kurangnya pegangan hidup remaja dalam hal keyakinan/agama dan ketidakstabilan emosi remaja. Hal tersebut menyebabkan perilaku yang tidak terkendali, seperti pergaulan bebas dan penggunaan narkoba yang berujung kepada penyakit seperti HIV dan AIDS ataupun kematian.
 Berikut ini di antara penyebab maraknya pergaulan bebas di Indonesia :
a)    Sikap mental yang tidak sehat
Sikap mental yang tidak sehat membuat banyaknya remaja merasa bangga terhadap pergaulan yang sebenarnya merupakan pergaulan yang tidak sepantasnya, tetapi mereka tidak memahami karena daya pemahaman yang lemah. Dimana ketidakstabilan emosi yang dipacu dengan penganiayaan emosi seperti pembentukan kepribadian yang tidak sewajarnya dikarenakan tindakan keluarga ataupun orang tua yang menolak, acuh tak acuh, menghukum, mengolok-olok, memaksakan kehendak, dan mengajarkan yang salah tanpa dibekali dasar keimanan yang kuat bagi anak, yang nantinya akan membuat mereka merasa tidak nyaman  dengan hidup yang mereka biasa jalani sehingga pelarian dari hal tersebut adalah hal dampak negatif, contohynya dengan adanya pergaulan bebas.
b)   Pelampiasan rasa kecewa
Yaitu ketika seorang remaja mengalami tekanan dikarenakan kekecewaan terhadap orang tua yang bersifat otoriter ataupun terlalu membebaskan, sekolah yang memberikan tekana  terus menerus (baik dari segi prestasi untuk remaja yang sering gagal maupun dikarenakan peraturan yang terlalu mengikat), lingkungan masyarakat yang memberikan masalah dalam sosialisasi, sehingga menjadikan remaja sangat labil dalam mengatur emosi, dan mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif di sekelilingnya, terutama pergaulan bebas dikarenakan rasa tidak nyaman dalam lingkungan hidupnya.
c)    Kegagalan remaja menyerap norma
Hal ini disebabkan karena norma-norma yang ada sudah tergeser oleh modernisasi yang  sebenarnya adalah westernisasi (penyerapan budaya barat).
2.3.2  Dampak Dari Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas identik sekali dengan yang namanya “dugem” (dunia gemerlap). Yang sudah menjadi rahasia umum bahwa di dalamnya marak sekali pemakain narkoba. Ini identik sekali dengan adanya seks bebas. Yang akhirnya berujung kepada HIV/AIDS, dan pastinya setelah terkena virus ini kehidupan remaja akan menjadi sangat timpang dari segala segi.
Selain dari seks bebas maraknya pergaulan bebas juga menimbulkan para remaja yang minum-minuman dan mabuk-mabukkan. Ada juga yang sering minum obat-obat terlarang. Padahal mereka tidak tahu ujung-ujung dari perbuatan mereka akan menimbulkan kematian.
2.4  Cara Menanggulangi Pergaulan Bebas
Seharusnya orang tua lebih memperhatikan pergaulan anaknya dengan siapa dia bergaul. Ini salah satu cara untuk menanggulangi pergaulan bebas. Tetapi jika mereka sudah terjerumus masih ada cara dengan psikoterapi. Tapi lebih baik mencegah daripada mengobati. Maka dari itu seharusnya orang tua serta masyarakat sekarang lebih waspada dalam bergaul dan menjaga nafsu birahi ketika berpacaran jangan tanpa batasan.
Kita semua juga harus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Penyaluran minat dan bakat secara positif merupakan hal-hal yang dapat membuat setiap orang mampu mencapai kesuksesan hidup nantinya. Tetapi walaupun kata-kata tersebut sering ‘didengungkan’ tetap saja masih banyak remaja yang melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan. Selain diatas masih banyak cara menaggulangi pergaulan bebas lainnya, antara lain :
1.    Memperbaiki cara pandang dengan mencoba bersikap optimis dan hidup dalam “kenyataan”, maksudnya sebaiknya remaja dididik dari kecil agar tidak memiliki angan-an gan yang tidak sesuai dengan kemampuannya sehingga apabila remaja mendapatkan kekecewaan mereka akan mampu menanggapinya dengan positif dan juga semangat.
2.    Menjaga keseimbangan pola hidup. Yaitu perlunya remaja belajar disiplin dengan mengelola waktu, emosi, energi serta pikiran dengan baik dan bermanfaat, misalnya mengatur waktu dalam kegiatan sehari-hari serta mengisi waktu luang dengan kegiatan positif.
3.    Jujur pada diri sendiri. Yaitu menyadari pada dasarnya tiap-tiap individu ingin yang terbaik untuk diri masing-masing. Sehingga pergaul;an bebas tersebut dapat dihindari. Jadi dengan ini remaja ridak menganiaya emosi dan diri mereka sendiri.
4.    Memperbaiki cara berkomunikasi dengan orang lain sehingga terbina hubungan baik dengan masyarakat, untuk memberikan batas diri terhadap kegiatan yang berdampak negatif dapat kita mulai dengan komunikasi yang baik dengan orang-orang di sekeliling kita.
5.    Perlunya remaja berpikir untuk masa depan. Jarangnya remaja memikirkan masa depan. Seandainya tiap remaja mampu menanamkan pertanyaan “Apa yang akan terjadi pada diri saya nanti jika saya lalai dalam menyusun langkah untuk menjadi individu yang lebih baik?” kemudian hal itu diiringi dengan tindakan-tindakan positif untuk kemajuan diri pada remaja. Dengan itu maka remaja-remaja akan berpikir panjang untuk melakukan hal-hal menyimpang dan akan berkurangnya jumlah remaja yang terkena HIV/AIDS nantinya.














BAB  III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Arti pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariaanya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan. Jenis-jenis pergaulan bebas yakni seks bebas yang berujung pada virus HIV/AIDS dan kematian. Selain itu ada minuman keras serta narkoba yang mengakibatkan kematian.
3.2  Saran
Kepada seluruh pembaca untuk memberikan saran dan kritikannya, kami berharap bukan untuk menjatuhkan kam tetapi untuk pembuatan makalah yang lebuh baik. Begitu juga  kami harap bantuan dari ibu guru.








DAFTAR  PUSTAKA

Fajar.2006.Kesehatan. Koran Fajar: makassar
Muhammad, Maulana Zakariya.2005.Himpunan Amal.Ash-Shaff : Jogjakarta
Qardhawi, Yusuf Abdullah.1990.Bahaya Pergaulan Bebas.Jakarta : Media Dakwah



KAJIAN DRAMA

A.    Naskah Drama

ARLOJI
Karya P Haryanto
   

Para Pelaku :

Jidul umur 15 tahun
Pak Pikun umur 40 tahun
Ibu umur 42 tahun
Tritis umur 18 tahun

Dengan penuh keriangan, si Jidul tekun membersihkan meja dan kursi-kursi. Kepala melengut-lengut, pantatnya bergidal-gidul seirama dengan musik dandut yang terdengar meriah. Jidul terkejut ketika musik mendadak berhenti.

Pak Pikun    : (Muncul, langsung menuju kearah Jidul) Ayo mana! Berikan kembali     
                           kepadaku! Ayo! Mana!
Jidul    :  (Ber-ah-uh, sambil memberi isyarat ketidakmengertiannya)
Pak Pikun    : Jangan berlagak pilon! Siapa lagi kalau bukan kamu yang
                           mengambilnya? Ayo, Jidul, kamu sembunyikan dimana, heh?
Jidul    :  (Ber-ah-uh, semakin bingung dan takut)
Pak Pikun    :  Dasar maling! Belum sampai sebulan di sini kamu sudah kambuh lagi,
                           ya? Dasar nggak tahu diri! Ayo, kembalikan kepadaku! Mana heh?
Jidul    :  (Meringkuk diam)
Pak Pikun    :  (Semakin besar suaranya) Jidul! Apa kamu mau kembalikan apa tidak?
                           Mau insaf apa tidak? Apa mau kupanggilkan orang-orang sekampung
                           untuk mencincangmu heh? Kamu  mau dipukuli seperti dulu lagi?
                           Ayo! Mana?
Ibu    :  (Muncul tergesa-gesa) Eh, Ada apa Pak Pikun? Ada  apa dengan si
                           Jidul?
Pak Pikun    :   Anak ini memang tidak pantas dikasihani, Bu. Dia mencuri lagi, Bu!
Ibu    :   Mencuri (tertegun) Kamu mencuri, Jidul?
Jidul    :   (Ber-uh-ah sambil mengoyang-goyangkan kepala dan tangan)
Pak Pikun    :   Mungkir, ya? padahal jelas, Bu! Tadi saya mandi. Setelah itu arloji
                            saya tertinggal di kamar mandi. Lalu dia masuk entah mengapa. Lalu
                            tidak ada lagi arloji saya, Bu.
Ibu    :   O, Jadi arloji Pak Pikun hilang, begitu?
Pak Pikun    :   Bukan hilang, Bu! Jelas dicurinya! Ayo, ngaku saja! Kamu ngaku
                            saja. Jidul!
Jidul    :   (Ber-uh-ah, mencoba menjelaskan ketidaktahuannya)
Pak Pikun    :   Masih mungkir ya? Minta kupukul?
Ibu    :   Sabar!, Pak pikun, Sabar


Pak Pikun    :  Maaf, Bu. Ini biar saya urus sendiri. Kamu baru mau ngaku kalau                     
                           dipukul, ya? Sini! (mau memukul si Jidul)
Jidul    :    (Meloncat, lari ke luar dikejar Pak Pikun)
Ibu    :  Sabar dulu! Pak Pikun! Diperiksa dulu!  (Mendesah sendiri)  Ya,
                            ampun. Orang sudah tua kok ya masih gelagapan, tidak sabaran
                            begitu.
Tritis    :   (Muncul membawa buku dan alat tulis) Uh! pagi-pagi sudah mencuri
                            Nggangu orang belajar saja!
Ibu    :   Belum jelas, Tritis.
Tritis    :   Ah, Ibu sih, suka membela si Jidul! Siapa kalau bukan dia yang
                            mengambil arloji Pak Pikun? Apa Ibu lupa? Dia kan dulu dia
                            ketahuan ayam kita, ketahuan, mau dipukul orang sekampung malah
                            kemudian dibela ayah dan ditampung dirumah kita. Keenakan saja,
                            maka kini dia mencuri lagi!
Ibu    :   Ya, memang, dulu dia pernah mencuri, itu karena dia kelaparan.
                            Tetapi sekarang, belum tentu dia yang mencuri jam tangan Pak Pikun,
                            Tritis!
Tritis    :   Kalau bukan si Jidul, Apa ibu atau aku yang mengambil arloji itu,
                            Ibu! (tertawa).
Ibu    :    (Menemukan idea) Ah, mungkin masih dikamar mandi, Tritis, atau
                             mungkin ditempat jemuran. Pak Pikun kan pelupa! Mari kita coba
                             mencarinya (bersama Tritis melangkah ke kiri akan keluar, tetapi
                             kemudian terhenti)

Terdengar suara ribut-ribut. Si Jidul kembali meloncat masuk dari kanan. Maunya berlari, tersanjung sesuatu. Ia jatuh terguling mengejutkan Ibu dan Tritis. Dan sebelum sempat bangkit, Pak Pikun sudah keburu masuk pula dan menangkapnya dengan geram.
Pak Pikun      :   (Sambil mengacung-ngacungkan penggada besar, tangan kirinya tetap mencengkeram leher baju si Jidul) Mau lari kemana heh, kupukul kamu sekarang!
Ibu    :     Sabar, Pak! Tunggu dulu!
Pak Pikun        :   Tunggu apa lagi, Bu? Anak yang ngga benar ini harus saya hajar biar
                              dia kapok. (Akan memukulkan penggadanya.
Ibu                :     Tunggu dulu, Siapa tahu Jidul benar tidak mencuri dan Pak Pikun tidak  benar menaruh arlojinya?
Pak Pikun     :   Tidak mungkin, Bu! Saya yakin, si brengsek ini pencurinya. Kamu
                              harus mampus. (Akan memukulkan penggadanya).
Tritis              :    (Melihat tangan Pak Pikun) Eh, Arlojinya ‘kan itu! Di pergelang
                             tangan kananmu, Pak Pikun. Lihat (tertawa ngakak)

Ibu                   :   O, iya! Dasar pak Pikun, ya pikun! (Tertawa geli)
Pak Pikun       :   Tertegun memandang pergelangan tangannya yang kanan. Di lepasnya si Jidul. Diamat-amatinya arlojinya itu. Pengadanya sudah dijatuhkan. Dengan sangat malu, ia berjalan keluar tertegun-tegun diiringi gelak tawa Ibu dan Tritis. Sementara itu, si Jidul pun tertawa-rawa pula dengan caranya sendiri yang spesifik.  
 
A.    Analisis Unsur Intrinsik :

1.   Tema :

        Drama berjudul “arloji” karya P Haryanto mengandung tema bahwa sembarang menuduh termasuk perbuatan tercela. Tema dalam drama tersebut tampak pada peristiwa Pak pikun menuduh Jidul(bekas pencuri) mengambil arloji miliknya. Kenyataannya arloji tersebut sudah dipakai dipergelangan tangan kanan Pak Pikun.

2    Amanat :

Amanat dalam drama tersebut antara lain :

a.       Jangan menuduh orang sembarangan tanpa disertai bukti yang kuat.
b.       Jangan beranggapan bahwa orang yang pernah berbuat salah
               selamanya akan berbuat salah
2.   
3,  Tokoh dan Penokohan  :

a.    Protagonis           :      Jidul, anak laki-laki umaur 15 tahun, bisu dan tampak
                                         bodoh
                                               namun ia periang dan tekun. Ia seorang pembantu rumah
                                               tangga.

b.    Antagonis

a.    Pak Pikun     :      Pembantu rumah tangga umur 40 tahun. Rambutnya sudah
                                   putih, sok tahu,sok kuasa dan keras kepala.

            b.    Tritis            :      Gadis berusia  18 tahun yang cenderung tergesa-gesa
                                               dalam
                                   memberi penilaian.


      c.     Tritagonis    :      Ibu, Nyonya rumah tangga kira-kira   berusia 42
                                         tahun, keibuan dan bijaksana
4.    Alur :

            Alur  yang digunakan dalam drama tersebut adalah alur maju atau progresif. Peristiwa demi peristiwa terjadi berurutan secara kronoligis :

a.   Uraian   :
       Jidul tekun membersihkan meja dan kursi-kursi sambil mendengarkan   musik dandut. Si  Jidul terkejut ketika musik mendadak berhenti.

b.    Konflik :

Pak Pikun merasa kehilangan jam tangan dan menuduh Jidul sebagai pencurinya. Jidul yang dituduh mencuri jadi bingung dan ketakutan sambil membela diri dengan mengoyang-goyangkan kepala dan tangannya.

c.   Klimaks :

             Jidul melompat, lari keluar dan dikejar Pak Pikun

d.   Puncak klimaks :

              Suasana makin ribut. Si Jidul kembali melompat masuk ke dalam rumah, hendak berlari tetapi kakinya tersanjung sesuatu. Ia terjatuh terguling-guling. Pak Pikun menagkapnya dengan geram dan hendak memukul Jidul dengan penggada besar. Hal ini terlihat dari uraian berikut :
“Pak Pikun  :  ( sambil mengacung-ngacungkan penggada besar, tangan kirinya tetap  mencekram leher kaus Jidul) Mau lari ke mana kau, heh! Kupukul kamu sekarang.”

e.   Leraian :
              
              Ibu datang dan meminta Pak Pikun sabar dan menyuruh Pak Pikun mengingat-ingat kembali apakan Pak Pikun tidak lupa menaruh jam tangannya. Hal ini dibuktikan dari uraian berikut:

     “.Ibu     :  Sabar, Pak Pikun, Saba”r
     “Ibu   : Tunggu dulu, siapa tahu, Jidul benar tidak mencurinya. Dan Pak Pikun     yang tidak benar menaruh arlojinya?”


f.    Selesaian :

                Tritis melihat jam tangan Pak Pikun, ternyat sudah dipakai di pergelangan tangannya. Hal ini dapat dibuktikan dengan uraian berikut :
“Tritis    :   (Melihat tangan Pak Pikun) Eh, lihat arlojinya ‘kan itu! Dipergelangan tangan kananmu, Pak Pikun, Lihat! (Tertawa ngakak)”

5.    Latar   :   
      
       a.  Latar tempat     :  Sebuah kamar depan keluarga yang cukup terpandang. Terdapat berbagai perlengkapan yang lazim di kamar tamu. Yang terpenting adalah seperangkat meja dan kursi tamu.
       b.  Latar waktu             :   Drama tersebut terjadi sekitar pukul 09.00 pagi. Hal ini terbukti dari uraian berikut :
       “Tritis        :   (muncul membawa buku dan alat tulis) Uh pagi-pagi sudah mencuri
                              ngangu orang belajar saja.”
       
       c.  Latar suasana        :   Ketegangan timbul ketika Pak pikun merasa kehilangan jam tangan sehingga ia sembarangan menuduh orang lain (Jidul) yang mencuri jam tangan itu.
6.     Motivasi  :

a.    Tokoh Pak Pikun
Pak Pikun menuduh jidul yang mencuri jam tangannya karena dia tahu bahwa Jidul pernah ketahuan hendak mencuri ayam di umahTtritis.
b.    Tokoh Jidul
Jidul nekat lari keluar dari rumah karena ia tidak merasa mencuri jam tangan Pak Pikun.
7.    Pesan yang disampaikan dari naskah  drama “ Arloji” adalah :
        Janganlah melihat orang lain dari segi masa lalunya sebab setiap orang dapat
        merubah masa lalunya lalu memperbaikinya untuk masa depan yang lebih baik.
        Dalam naskah drama ini dapat pula kita mengambil pelajaran yang di perankan to
        koh Ayah (tersirat) bahwa ketika ada orang yang hendak mencuri ayam di   rumah
        nya dan warga hendak memukulinya tetapi tokoh Ayah justru membelanya bahkan
        menampung di rumahnya. Hal ini menunjukan kebesaran jiwa sosial seseorang
        yang telah jarang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.



























   

ARTIKEL PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA MASALAH KEBAHASAAN DAN PERENCANAAN BAHASA


OLEH
LA HAMADI

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI
2011
KATA PENGANTAR


    Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena rahmat dan kasih saying-Nya kami dapat menyusun artikel ini  berjudul “MASALAH KEBAHASAAN DAN PERENCANAAN BAHASA” dengan baik dan lancar.
    Artikel ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas kegiatan diskusi kelompok mata kuliah PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA.  Dalam menyusun artikel ini kami banyak mengalami kendala, namun kami menyadari bahwa ini bagian dari proses belajar.
    Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Amirudin Rahim, M. Hum selaku pembimbing mata kuliah Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia juga kepada semua teman-teman yang telah membantu kami dalam menyusun artikel ini.
    Menyadari banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan artikel ini, oleh karena itu saran dan kritik dari teman-teman yang sifatnya membangun, kami sangat harapkan demi kesempurnaan penyusunan artikel ini.
Sekian dan terima kasih.



                                                                                                                    Kendari, 26 Oktober 2011

                                                                                                                   Tim penyusun




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………  i
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
    1.1 Latar belakang………………………………………………………………………………………….   1
     1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………….   2
    1.3 Tujuan  dan Manfaat………………………………………………………………………………….   3
BAB II PEMBAHASAN
    2.1 Linguistik dan masalah kebahasaan……………………………………………………………   4
          2.1.1 Masalah kebahasaan…………………………………………………………………………..  4
          2.1.2 Sosiolinguistik dan Masalah kebahsaian………………………………………………   4
 2.2 Definisi perencanaan bahasa…………………………………………………………………….. .  5
 2.3 Prosedur perencanaan Bahasa…………………………………………………………………..    6
 2.4 Aspek-aspek Perencanaan Bahasa……………………………………………………………..    6
2.5  Ancangan alternative Untuk Perlakuan Masalah Bahasa……………………………     7
BAB III
    3.1 Simpulan…………………………………………………………………………………………………….     8
    3.2 Saran…………………………………………………………………………………………………………..     8




BAB I
PENDAHULUAN

11.    Latar Belakang

Perencanaan bahasa sangat penting sebagai usaha bukan saja untuk melestarikan pengarahan bahasa, tetapi juga untuk menghilangkan konflik-konflik bahasa Konflik bahasa dapat mengakibatkan konflik fisik yang pada gilirannya menganggu stabilitas ketahanan nasional suatu bangsa. Kita melihat, bahwa bahasa berwujud dalam pemakian baik secara lisan maupun tertulis yang dihasilkan oleh setiap penutur bahasa yang bersangkutan. Oleh karena itu, bahasa menyangkut kepentingan semua penutur bahasa, maka sepantasnya kalau persoalan bahasa memerlukan perencanaan yang matang. Perencanaan bahasa memuat kebijaksanaan, pengarahan, dan dampak perencanaan itu sendiri.
Berdasarkan keterangan di atas, kami sengaja membahas masalah kebahasan dan perencanaan bahasa dan seluk beluknya. Pendapat para ahli tentang perencanaan bahasa serta ancangan alternatif untuk perlakuan masa kebahasaan telah kami buat dalam bentuk sebuah artikel yang sederhana.
1.2     Rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas maka permasalahan mendasar yang hendak ditelaah oleh artikel ini adalah :
1. Apa saja masalah kebahasaan itu ?
2. Apa pendapat para ahli tentang perencanaan bahasa ?
3. Apa aspek-aspek perencanan bahasa itu
4.  Bagaimana alternatif untuk perlakuan masalah kebahasaan ?
1.3  Tujuan dan Manfaat
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk :
1. Menjelaskan masalah kebahasaan.
2. Menjelaskan pendapa para ahli tentang perencanaan bahasa..
3. Menjelaskan aspek-aspek perencanaan bahasa.
4. Mengidentifikasi ancangan alternatif perlakuan masalah kebahasaan.
 Manfaat penyusunan makalah ini adalah untuk menambah wawasan mahasiswa jurusan bahasa Indonesia tentang masalah perencanaan bahasa..














BAB II
PEMBAHASAN
MASALAH KEBAHASAAN DAN PERENCANAAN BAHASA

2.1    LINGUISTIK DAN MASALAH KEBAHASAAN

2.1.1    M asalah Kebahasaan

Dalam pandangan linguistic umum kajian bahasa merupakan wilayah yang sangat luasa cakupannya untuk dijadikan bahan penelitian. Apalagi jika dalam masyarakat bahasa yang jumlahnya sangat besar. Misalnya, diperkirakan bahwa di Negara kita terdapat 300 bahasa, di Afrika ada 200 bahasa bantu, di Amerika selatan ada 550 bahasa demikian juga di Rusia ada 100 bahasa. Namun diantara banyaknya bahasa tersebut juga menyimpan sejumlah masalah. Kematian bahasa di dunia ini jauh lebih besar daripada kelahiran bahasa. Oleh karena itu untuk menjaga kelestarian bahasa-bahasa tersebut perlu diupayakan suatu pemerian bahasa sebelum bahasa tersebut hilang dari permukan bumi. Kasus menghilanganya suatu bahasa dikarenakan jumlah penutur suatu bahasa relative kecil sehingga dapat musnah dalam satu, dua generasi. Penyebab lain hilangnya suatu bah asa dikarenakan bahasa tersebut tidak mengenal tulisan. Oleh karenanya bahasa tersebut perlu direkam baik bentuk lisan maupun tulisan.  
Arus nasioanalisme dan terbentuknya suatu Negara kebangsaan yang baru, menimbulkan aspirasi kepemilikan bahasa nasional sebagai lambang kesatuan bangsa yang dapat memupuk rasa kesetiaan politis. Suatu pemerintahan dapat berjalan dengan baik apabila ada bahasa resmi kenegaraan sebagai alat komunikasi. Komunikasi dapat berjalan dengan lancar apabila ada kesaman bahasa diantara sesama penuturnya. Keberhasilan program pembangunan pemerintah tidak saja tergantung pada kekayaan alam sumber daya manusianya, taraf keterampilan rakyatnya atau modal keuangan yang tersedia, tetapi juga ada kemungkinan terutama pada taraf pemahaman rakyat akan maksud pembangunan itu.
Penentuan bahasa kebangsaan dan bahasa resmi kenegaraan juga menimbulkan sejumlah masalah kebahasaan lain. Jika bahasa nasional banyak ragam dialeknya, ragam mana yang digunakan untuk mengatasi sejumlah dialek tersebut. Ini merupakan tantangan yang harus diselesaikan permasalahnya. Secara garis besar masalah bahasa dapat digolongkan dalam tiga kategori :
1.    Masalah yang berkenaan dengan kedudukan bahasa.
2.    Sandi bahasa.
3.    Pemakaian bahasa oleh warga masyarakat.
Keterlibatan ahli bahasa dalam kegiatan pemecahan masalah kebahasaan, secara umum dapat dianggap sebagai sebagai usaha penerapan ilmunya yang didorong oleh keprihatinan profesionalnya untuk turut memecahkan serangkaian masalah manusia di bidang komunikasi.

2.1.2    Sosiolonguistik dan pemecahan masalah kebahasaan

Ahli linguistic disamping berminat mengkaji bahasa dari struktur dan analisisnya, mereka juga  tertarik  pada studi tentang tata hubungan kebahasaan dengan perilaku pemakai bahasa tersebut. Dari kajian tersebut dapat diperoleh suatu wawasan bahwa perilaku kebahasaan sebenarnya cerminan perilaku kemasyarakatan.
Ahli bahasa , menurut Haugen (1966a:1972) dapat berperan sebagai berikut :
1.    Sebagai sejarawan
Ahli bahasa dapat merunut jejak sejarah bahasa yang diselidikinya. Studinya dapat menetapkan  kesinambungan adat orang berbahasa. Ia dapat menelaah perbedaan antara berbentuk yang asli dengan bukan asli. Pendapat mereka dapat dijadikan dasar untuk menyelesaikan masalah kabahasaan.
2.    Sebagai pemeri bahasa
Ahli bahasa dapat menyiapkan deskripsi yang akurat tentang bahasa masa kini, baik  ragam tulisannya maupun ragam lisannya. Hasil pekerjaannya dapat berbentuk pedoman ejaan, buku tata bahasa, kamus, pedoman langgam tulisan dan kaidah pembentukan istilah.
3.    Sebagai ahli teori
Ahli teori dapat memberikan pengarahan dalam pemahaman hakikat bahasa, dan berkat keahliannya di bidang teknik analisis bahasa ia dapat melukiskan rancangan bahasa. Pengetahuannya  tentang hubungan antara ragam lisan dan tulisan menjadikan ia mampu meramalkan apa yang akan terjadi jika manipulasi. Ia menyadari pentingnya kesatuan struktur demi komunikasi yang efesien dan sekaligus ia mengakui keleluasan penyimpangan perorangan.
4.    Sebagai guru
Tugas seorang guru adalah mengajakan pemakaian bahasa yang baik dan benar

2.2    BEBERAPA DEFINISI PERENCANAAN BAHASA 
Negara-negara yang multilingual, multikultural, dan multirasial menurut Chaer dan Agustina  (1955)  untuk menjamin kelangsungan komunikasi kebangsaan perlu dilakukan suatu perencanaan bahasa ( language planning ) yang harus dimulai dengan kebijaksanaan bahasa N ( language policy ). Misalnya, seperti Indonesia, Singapura, Filipina, Malaysia, dan India merupakan negara yang multilingual, multirasial, dan multikultural yang memerlukan adanya kebijakan bahasa agar pemilihan atau penentuan bahasa tertentu sebagai alat komunikasi tidak menimbulkan gejolak politik yang dikhawatirkan dapat menggoyahkan kehidupan bangsa di negara tersebut.
Berikut ini adalah pengertian perencanaan bahasa menurut para ahli.
1.    Haugen (1995) mengemukakan perencanan bahasa adalah usaha untuk membimbing perkemgangan bahasa ke arah yang diinginkan oleh para perencana. Perencanaan tersebut tidak semata-mata untuk meramalkan masa depan berdasarkan apa yang diketahui dari masa lampu, tetapi perencanaan tersebut merupakan usaha terencana untuk mempengaruhi masa depan.
2.    Ray (1961) mengemukakan bahwa  tujuan perencanaan bahasa terbatas pada sasaran anjungan atau rekomendasi yang aktif untuk mengatasi masalah pemakaian bahasa dengan cara yang paling baik.
3.    Tauli (1964,1968,1974) mengemukakan bahwa perencanaan bahasa untuk mencari norma yang ideal atas dasar prinsip kejelasan, kehematan dan keindahan.
4.    Neustupuy (1970) mengemukakan bahwa mengatasi masalah bahasa dapat dilakukan dengan dua cara yakni :
a.    Ancangan garis haluan meliputi pemilihan bahasa kebangsaan, pembakuan bahasa, keberaksaraan, serta tata ejaan. Ancangan ini bersifat makroskopis
b.    Ancangan pembinaan meliputi ketetapan dan keefisienan dalam pemakaian bahasa serta kendala dalam komunikasi. Ancangan ini bersifat mikroskopis.
5.    Kless (1964) membedakan dua dimensi perencanaan bahasa :
a.    Perencanaan status bahasa meliputi perencanaan kedudukan suatu bahasa dan tata hubungan dengan bahasa lain.
b.    Perencanaan korpus bahasa meliputi pengubahan ejaan dan pembentukan istilah.
6.    Garvin (1973) mengajukan perencanaan  bahasa dalam dua kategori ;
a.    Pemilihan bahasa untuk tujuan yang direncanakan seperti bahasa sebagai bahasa kebangsaan, atau bahasa resmi serta factor-faktor di luar bahasa.
b.    Pengembangan bahasa untuk peningkatan bekeraksaraan dan usaha pembakuan bahasa.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dilihat bahwa berbagai istilah dengan berbagai variasi pengertian tentang perencanaan bahasa; namun, ada satu kesamaan, yaitu sama-sama berusaha untuk membuat penggunaan bahasa atau bahasa-bahasa dalam satu negara di masa depan menjadi lebih baik dan terarah

2.3    PROSEDUR PERENCANAAN BAHASA

Berbicara tentang prosedur perencanaan bahasa  Haugen menganjurkan agar perencanaan bahasa dimulai dengan pengetahuan kebahasaan. Prosedur perencanaan bahasa ditujukan pada bentuk bahasa dan fungsi bahasa. Bentuk bahasa meliputi pemilihan norma bahasa yang implementasinya pada kodifikasi norma bahasa yakni pernyataan eksplisit tentang norma itu. Sedangkan fungsi bahasa meliputi pemakaian bahasa dalam berbagi bidang seperti bidang ilmiah, sastra,kehidupan rohani yang implementasinya yang ditujukkan pada khalayak sasaran..
Dari beberapa pendapat di atas dapat dilihat bahwa berbagai istilah dengan berbagai variasi pengertian tentang perencanaan bahasa; namun, ada satu kesamaan, yaitu sama-sama berusaha untuk membuat penggunaan bahasa atau bahasa-bahasa dalam satu negara di masa depan menjadi lebih baik dan terarah. 


2.4    ASPEK-ASPEK PERENCANAAN BAHASA
Das Gufta dan Ferguson (1977) mengemukakan aspek perencanaan bahasa meliputi :
a.    Aspek indikatif yakni pertimbangan situasi kebahasaan dalam keperluan pembangunaan social dan beberapa  arah perubaahan.
b.    Aspek regulative yakni perlu adanya tindakan pihak berwewenang seperti peraturan resmi yang disertai sanksi
c.    Aspek produksi yakni pengembangan kemampuan bahasa un  tuk memenuhi tuntutan baru yang mungkin akan timbul dalam berbagai bidang kehidupan.
d.    Aspek promosi yakni pengolahan produksi dan standar yang baru dikalangan pemerintah, pendidikan, media massa.
    
2.5    ANCANGAN ALTERNATIF  UNTUK PERLAKUAN MASALAH KEBAHASAAN
    Beberapa ancangan alternative untuk perlakuan masalah kebahasaan meliputi :
1.    Garis haluan kebahasaan yang berkenaan dengan penentuan kedudukan bahasa dan fungsi sosiolinguistiknya
2.    Pengembangan bahasa meliputi sandi bahasa.
3.    Pembinaan bahasa untuk meningkatkan jumlah pemakai  bahasa, mutu bahasa melalui penyebaran hasil pembakuan dan penyuluhan serta pembimbingan.
4.    Cakupan perencanaan  bahasa yang diterapkan pada ancangan pembinaan dan pengembangan bahasa.

















BAB III
PENUTUP

3.1    Simpulan

Kasus bahasa di dunia ini jauh lebih besar daripada kelahiran bahasa. Oleh karena itu untuk menjaga kelestarian bahasa-bahasa tersebut perlu diupayakan suatu pemerian bahasa sebelum bahasa tersebut hilang dari permukan bumi. Kasus menghilanganya suatu bahasa dikarenakan jumlah penutur suatu bahasa relative kecil sehingga kematian dapat musnah dalam satu, dua generasi. Penyebab lain hilangnya suatu bah asa dikarenakan bahasa tersebut tidak mengenal tulisan. Oleh karenanya bahasa tersebut perlu direkam baik bentuk lisan maupun tulisan. 

Perencanan bahasa adalah usaha untuk membimbing perkemgangan bahasa ke arah yang diinginkan oleh para perencana. Perencanaan tersebut tidak semata-mata untuk meramalkan masa depan berdasarkan apa yang diketahui dari masa lampu, tetapi perencanaan tersebut merupakan usaha terencana untuk mempengaruhi masa depan.

Ahli bahasa  berperan sebagai berikut : sebagai sejarawan, pemeri bahasa, ahli teori serta guru bahasa
Beberapa ancangan alternative untuk perlakuan masalah kebahasaan meliputi garis haluan kebahasaan yang berkenaan dengan penentuan  kedudukan bahasa dan fungsi sosiolinguistiknya. Pengembangan bahasa meliputi sandi bahasa. Pembinaan bahasa untuk meningkatkan jumlah pemakai  bahasa, mutu bahasa melalui penyebaran hasil pembakuan dan penyuluhan serta pembimbingan. Cakupan perencanaan  bahasa yang diterapkan pada ancangan pembinaan dan pengembangan bahasa.
3.2    Saran
Perlu adanya perhatian terhadap kelestaria bahasa-bahasa di dunia ini agar tidak muda hilang di permukaan bumi.

IKLAN PRODUK MIE SEDAP





Media iklan        :  TV (Gambar)
Pelaku                :  - 3 orang laki-laki
                                    (1 orang tersangka dan 2 orang penyidik)
                              - Mesin seismograf
                              - Mie sedap


Penyidik 1          :  “Benar kamu ikut, kan?”
Tersangka           :  (duduk menghadap mesin seismograf)
                              “nggak pak !”
   Mesin seismograf bergetar, pada catatan seismograf tertulis “BOHONG”
Penyidik 2          :  “Mesin bilang dia bohong, pak!”                                                             
Penyidik 1          :  “Jawab yang benar!” (sambil mencekik leher tersangka)
Penyidik 2          : “Sudah istirahat dulu, kasih dia mie sedap!”
                              (memperlihatkan sebungkus mie sedap)
   Sekilas terlihat mereka sedang menyantap mie sedap
Tersangka           :  (melahap habis) “ ...hmm, nggak enak!”
Penyidik 2          :  “Bohong lagi”
Penyidik 1          : (melototkan matanya) “hmm ...”
Alat deteksi seismograf direkatkan pada lidah tersangka, kemudian tersangka menjulurkan lidahnya. Mesin seismograf bergetar, hasil catatan seismograf tertulis “SEDAP”.

Motto                 :  Soal Kata, Lidah Bisa Bohong ... Tapi,
                              Soal Rasa, Lidah Ngga Pernah Bohong.
                              Mie sedap !!!

Makna dari Iklan   :
Iklan tersebut seakan-akan mengisyaratkan kepada kita bahwa setiap orang yang melakukan kesalahan/kejahatan sebaiknya sebelum diinterogasi, diberi makan mie sedap biar lidahnya tidak bisa bohong.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)


Satuan Pendidikan SMA Negeri 9 Kendari
Nama Pelajaran      : Bahasa Indonesia
K e l a s                   : X
S e m e s t e r          : 1
Alokasi Waktu        : 2 x 40 menit
A. STANDAR KOMPETENSI :
      Berbicara:
Membahas cerpen melalui kegaitan diskusi

B. KOMPETENSI DASAR :
   1.1 Mengemukakan hal-hal yang menarik atau yang mengesankan dari cearpen melalui kegiatan diskusi

C.  INDIKATOR :
      1. Kognitif
          a.  Produk
               Menjelaskan tentang konsep cerpen
          b.  Proses
               Membaca  teks cepen dan mengemukakan hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerpen.
2. Psikomotor
           a.  Menemukan unsur-unsur intrinsik cerpen.
           b. Mendiskusikan unsur-unsur intrinsik cerpen (tema, penokohan,sudut pandang, latar, dan amanat) yang didengarkan
3.  Afektif
     a.  Karakter
          a.  Kerja sama
               b.  Akomodatif
               c.  Tanggung jawab
               d.  Apresitif
          b.  Keteramplan sosial
               a. Bertanya dan memberi tanggapan dengan bahasa yang baik dan benar
               b. Menyumbang ide
               c. Menjadi pembaca dan pendengar yang apresiatif
               d. Membantu teman yang kesulitan
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
      KOGNITIF :
a.  Produk
  1) Secara mandiri siswa dapat menjelaskan  konsep tentang cerpen dalam teks bacaan dengan mengerjakan LKS 1 : Produk
   2) Secara mandiri siswa dapat memberikan tanggapan dengan alasan yang logis pembahasan tentang unsur-unsur intrinsik teks cerpen yang didengar/disaksikan. LKS 1: Produk
      b.  Proses
                Siswa diberi lembaran kerja berupa teks bacaan yang terdapat dalam LKS 2 Proses.    Selanjutnya siswa diharapkan dapat :
         1)  Menentukan unsur-unsur intrinsik teks cerpen
         2) Melakukan pembahasan mengenai unsur-unsur intrinsik  cerpen yang telah didengarkan. 
PSIKOMOTOR
a.  Memberi tanggapan dengan alasan yang  logis pembahasa unsur-unsur intrinsik teks cerpen yang telah didengarkan. 
     b.  Membaca kan hasil kesimpulan yang dituliskan.
AFEKTIF
       a. Karakter
Siswa terlihat aktif dalam pembelajaran dengan memperhatikan kemajuan di  dalam berperilaku dalam menemukan unsur-unsur intrinsik cerpen yang telah didengarkan. 
       b. Keterampilan sosial
   Siswa terlibat langsung dalam setiap pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan dalam keterampilan menentukan unsur-unsur intrinsik cerpen, bertanya dan kesimpulan isi unsur-unsur intrinsik cerpen dengan bahasa yang baik dan benar,  menyumbang ide, menjadi pembaca dan pendengan yang apresiatif, dan membantu teman yang mengalami  kesulitan’
E. MATERI PEMBELAJARAN
     a. Membaca intensif
b. Teks bacaan
F.  MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN
   Model pembelajaran       :   demonstrsi
   Metode pembelajaran     :  penugasan diskusi dan unjuk kerja


G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
     A.  Kegiatan Awal (15 menit)
            1.  Memotivasi siswa
2.  Apersepsi dengan mengali pengalaman siswa tentang drama yang pernah dipelajari.
3.  Menjelaskan kompetensi dan indikator yang akan dicapai.
4.  Mengemukakan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

B.   Kegiatan Inti (¬55 menit)

      Tahanp 1

1. Siswa duduk dalam kelompok-kelompok kecil /mandiri yang terdiri atas perorangan atau   kelompok beberapa orang anggota.
2.  Siswa membaca cerpen yang telah disiapkan oleh guru dalam LKS
3.  mengemukakan hal-hal yang menarik atau mengesankan dari cerpen yang telah disediakan dalam LKS
4.  Siswa menganalisis/berdiskusi dalam kelompok untuk menentukan unsur-unsur intrinsiknya
5. Siswa secara mandiri/berdiskusi dalam kelompok untuk mengidentifikasi kalimat langsung dan tidak langsung.
6. Secara bergiliran siswa mempresentasekan hasil kerja mandiri/kelompok di depan kelompok lain untuk ditanggapi dan didiskusikan.

Tahap 2

7. Siswa berdiskusi untuk menyimpulkan unsur-unsur intrinsik cerpen dengan mengembangkan prinsip saling menyumbangkan ide. Siswa menunjukan sikap pendengar yang apresiatif ketika temannya menyumbangkan ide.
8. Siswa menyimpulkan penjelasan berdasarkan pembacaan hasil kerja   kolompok, seraya membantu teman sejawat yang merasa kesulitan.
9. Siswa menunjukan sikap apresiasi terhadap hasil kerja teman kolompok lain.

      C.  Kegiatan akhir (10 menit)
            11. Siswa membuat rumusan kesimpukan terhadap butir-butir pembelajaran yang sudah mereka ikuti.
           12. Siswa menyampaikan kesan yang baik dengan mengunakan bahasa yang baik dan benar terhadap pembelajaran yang baru berlangsung sebagai kegiatan refleksi
           13. Guru memberi penguatan terhadap simpulan yang diberikan oleh para  siswa.
           14.  Guru memberi penghargaan terhadap hasil belajar siswa.
           15. Guru memberikan tindak lanjut berupa tugas yakni menganalisis cerpen lain.
I.  SUMBER PEMBELAJARAN
     1. Buku teks
     2. Buku referensi yang relefan dengan pembelajaran.









J. PENILAIAN

Indikator    Indikator soal    Teknik    Bentuk    Instrumen
Mampu membaca teks cerpen    Disajikan sebuah cerpen siswa mampu membaca dengan baik dan benar    Tes penugasan    Tes tertulis    Setelah membaca siswa dapat menilai kemampuan membacanya
Mampu menceritakan kembali isi cerpen dengan kata-kata sendiri    Disajikan contoh cerpen, siswa mampu menceritakan kembali isi cerpen denga kata-kata sendiri        Lisan    Setelah bercerita siswa dapat menilai kemampuan menceritakan sebuah cerpen dengan kata-kata sendiri
Mampu
mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik ( tema, penokohan,alur, sudut pandang, latar, dan amanat) cerpen yang dibacaan    Disajikan contoh cerpen, siswa mampu mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik ( tema, penokohan,alur, sudut pandang, latar, dan amanat) cerpen yang dibacaan        Lembaran isian    Berdasarkan bahan bacaan cerpen, siswa mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik ( tema, penokohan,alur, sudut pandang, latar, dan amanat) cerpen yang dibacaan
Mampu mengidentifikasi kalimat langsung dan kalimat tidak langsung     Disajikan contoh cerpen, siswa dapat mengidentifikasi kalimat langsung dan kalimat tidak langsung        Unjuk kerja    Menuliskan kalimat langsung dan kalimat tidak langsung



BAHAN AJAR


A.    UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERPEN

…………………………………………………………………………………………………………………….………………………………………………………………………..

B.    Contoh cerpen
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Tugas
1.    Ceritakan kembali isi cerpen tersebut dengan kata-kata sendiri.
2.    Ungkapkan hal-hal yang menarik atau yang mengesankan dari cerpen tersebut.
3.    Diskusikanlah unsur-unsur intrinsik dari cerpen tersebut bersama kelompok anda
4.    Indentifikasilah kalimat langsung dan tidak langsung dari cerpen tersebut.

LKS 1 = Kognitif : Produk
Jelaskan  konsep tentang cerpen

LKS 2 Kognitif : Proses
Berdasarkan hasil bacaan di atas, ceritakan kembali isi dari cerpen tersebut dengan kata-kata sendiri.
Tugas
1. Carilahlah contoh cerpen lain lalu bacalah dengan intensif.
2.  Tentukan unsur-unsur intrinsiknya.
3. Diskusikan dengan teman kelompok anda.
 LKS 3 Afektif : Perilaku Berkarakter
PETUNJUK
A= sangat baik                                                               B = memuaskan
C= menunjukan kemajuan                                             D = memerlukan perbaiakn

FORMAT PENGAMATAN PERILAKU BERKARAKTER

NO
    Rincian Tugas Kinerja (RKT)    Memerlukan Perbaiakan (D)    Menunjukkan Kemajuan (C)    Memuaskan
(B)    Sangat Baik (A)
1    Kerja sama       
       
2    Akomodatif       
       
3    Bertanggung jawab       
       
4    Apresiatif       
       
5           
       



Hari, Tanggal :